Tips Menulis Puisi nan Cantik

 RESUME PERTEMUAN 17

KBMN PGRI ANGKATAN 28


15 Februari 2023

Pemateri     : Dr. Hj. E. Hasanah, M. Pd.
Moderator  : Sim Chung Wei, SP.
Tema            : Menulis Puisi

Tips Menulis Puisi nan Cantik

Kasak-kusuk berita tentang adanya guru Bahasa Indonesia yang baru sudah terdengar sejak minggu kemarin. Senin pagi tadi ketika amanat dari pembina upacara, diumumkan kembali bahwa guru baru tersebut telah hadir disekolah. 

Kebetulan kelas XI IPS. 1 jam pertama adalah mata pelajaran Bahasa Indonesia. Venus duduk dengan antusias, menanti kedatangan guru baru.

"Semoga gak galak, ya Ve," bisik Jingga yang duduk di kursi bersebelahan dengan Venus.

"Dilihat dari penampilannya sih, anggun banget. Keibuan, pasti lemah lembut." sahut Venus.

"Ya, bikin adem. Enggak nyeremin."

"Assalamualaikum, selamat pagi semuanya!"

Sapaan dari ambang pintu membuat suasana kelas hening seketika. Semua pandangan mengarah pada sosok anggun yang tengah tersenyum ramah. Tangan kanan menenteng tas laptop, sedangkan tangan kiri masih memegang pegangan pintu.

"Wa'alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh." serempak seisi kelas menjawab salam yang telah dilontarkan oleh sumber suara.

"Guru baru!" bisik Jingga. Venus tak menanggapi. Gadis itu terlalu asyik mengamati ibu guru yang tengah berjalan anggun menuju meja guru.

"Selamat bertemu dengan Ibu, semoga kalian sehat semuanya. Supaya dapat mengikuti pelajaran dengan semangat." suara lembut mengalun dengan indah.

"Kenalan dulu, Buuuu!" seru seseorang dari barisan belakang.

"Ya, Buu. Tak kenal maka tak sayang."

"Belum kenal udah sayang."

"Hahaaaa ...."

"Hussh! baiklah Ibu akan berkenalan dulu dengan kalian semua. Nama Ibu E. Hasanah, nah sebaiknya kita lihat saja bersama-sama biodata Ibu di tautan yang akan Ibu tampilkan berikut ini," Bu Hasanah membuka laptop lalu menyambungkan dengan proyektor sehingga siswa dapat menyimak dari layar bersama-sama.

Tampak pada layar sebuah tautan blog pribadi milik Bu Hasanah.

https://hasanahhalima.blogspot.com/2023/02/profil-e-hasanah.html

Beliau ternyata seorang Pengawas Madrasah Aliyah serta dosen STAI Kharisma. Telah memiliki 2 buku solo dan 78 buah buku antologi.

Buku solo karya Bu Dr. Hj. E. Hasanah, M. Pd.

"Ibu datang ke sekolah kalian dalam rangka berkolabirasi dengan Pak Sim Chung Wei, Guru Bahasa Indonesia kalian untuk bersama-sama belajar mengenai Menulis Puisi." tutur Bu Hasanah.

"Ooh, berarti bukan guru baru menggantikan Pak Sim, ya, Bu?" tanya Bagas sang ketua kelas.

"Tidak, karena Ibu juga memiliki tugas utama. Namun untuk beberapa hari ke depan, kita akan sering bertemu untuk menggarap proyek bersama."

"Proyek apa Bu?" tanya Venus.

"Membuat 100 puisi hingga menjadi sebuah buku antologi puisi karya kalian."

"Waah, emang bisa Bu?" Jingga antusias.

"Bisa dong, kita belajar dulu dari awal bagaimana langkah menulis puisi yang baik, cantik, dan indah." Bu Hasanah menjelaskan dengan suara yang menghipnotis. Semua perhatian siswa terarah padanya.

"Ada yang sudah pernah menulis puisi?" tanya Bu Hasanah.

Gaduh sesaat, saling tunjuk dan kode-kodean dengan kedipan mata.

"Jingga, Bu, yang suka nulis." kata sebuah suara. Jingga melebarkan matanya.

"Waah, keren! yang mana Jingga?" tanya Bu Hasanah. Jingga si gadis manis nan tomboy mengangkat tangan.

"Saya, Bu."

"Benar, suka menulis puisi?" Bu Hasanah tersenyum lembut ke arah Jingga.

"Hmm, yaa .... buat tugas aja, Bu." jawab Jingga ragu.

"Nah, itu artinya sudah menulis puisi dan bisa, dong!" Bu Hasanah memberikan acungan jempol sebagai apresiasi.

"Hmm, Saya masih suka bingung mencari kata-kata, Bu." kilah Jingga.

"Baiklah, Ibu akan membagikan beberapa tips dan trik agar puisi kalian lebih indah."

"Kita mulai, ya!" lanjut Beliau

"Baik Buuuuu."

Bu Hasanah mengawali materi dengan penjelasan mengenai pengertian puisi.

1. Pengertian puisi menurut KBBI

2. Pengertian puisi menurut ahli

"Sampai disini, ada yang mau bertanya?"
Bu Hasanah mengedarkan pandangan kepada para siswa yang terlihat antusias. Venus mengangkat tangan.

"Ciri-ciri puisi itu apa saja, Bu?"
"Baiklah Venus, selanjutnya mari kita cermati bersama ciri-ciri puisi."
"Berikut ini adalah struktur puisi, ada baris atau larik, ada bait dan lainnya. Boleh disimak dulu!" lanjut Beliau.

Pada layar tampak penjelasan selanjutnya mengenai struktur puisi.

3. Struktur fisik puisi (unsur wujud)


"Sedangkan untuk Jenis puisi, secara umum ada dua jenis. Yaitu puisi lama dan puisi baru." Bu Hasanah menjelaskan setiap tampilan slide pada layar.

4. Jenis puisi

"Berikut ini silahkan kalian simak baik-baik perbedaan ciri-ciri puisi lama dan puisi baru." ucap Bu Hasanah.
  • Ciri-ciri puisi lama
  • Jenis puisi lama (pantun, seloka, dan talibun)


  • Ciri-ciri puisi baru
  • Jenis puisi baru (balada, himne, ode, epigram, romansa, elegi, dan satir).

"Sebetulnya menulis puisi itu sekarang mengikuti perkembangan dan perubahan bentuk dan isi sesuai perkembangan selera. Apalagi untuk pemula, nulis saja menggunakan kata-kata atau diksi yang enak di hati." papar Bu Hasanah.

"Penekanan pada segi estetika dan penggunaan diksi, Rima, majas itu akan mempengaruhi keindahan puisinya." lanjutnya.

"Bu, izin bertanya!" seru Venus seraya mengangkat tangan.
"Silakan!"
"Contoh puisi kontemporer itu yang seperti apa, Bu?"
"Baiklah Venus, contohnya seperti puisi akrostik, puisi patidusa, puisi telelet, dan puisi 2.0."

"Bu, bertanyaaa!" Jinggapun mengangkat tangan.
"Silahkan Jingga!"

"Tentang pemilihan kata dan diksi, untuk puisi, Bu."
"Oh, iya. Biasanya  Ibu akan kumpulkan dulu kata-kata indah. Misalnya menemukan kata Bagaskara kata lain untuk matahari atau mentari. Bimantara untuk langit."

"Bu, kalau memilih diksi yang tepat itu bagaimana?" Jingga bertanya lagi.

"Cara menentukan diksi yang tepat dalam puisi itu harus memperhatikan ketepatan kata dengan makna, kebenaran, kecermatan, keserasian kata, dan kelaziman digunakan dalam puisi." tutur Bu Hasanah.

Terlihat siswa mulai mengangguk-angguk, kemungkinan mulai memahami.

"Ibu akan kasih tantangan ya, silahkan kalian buat puisi dengan tema ungkapan perasaan kalian ketika pertama kali menulus puisi."

Kelas kembali riuh dengan keluhan dan sahut-sahutan perasaan masing-masing siswa.

"Susah mulainya."
"Bingung.
"Ihh, galau."
"Perasaanku tak karuan ...."
"Udah dapat berapa baris, Ve?" Senja melirik sahabatnya.
"Kertas masih kosong, tapi di kepalaku penuh dengan kata yang susah untuk kuungkapkan" jawab Venus dengan wajah tengilnya.
"Isshhh!" Jingga mendengus sebal.

Senyum Bu Hasanah maaih mengembang, bangga dengan antusias siswa akan materi yang disampaikannya. Beliau optimis jika semangat anak muda seperti mereka tetap dipupuk, literasi bangsa akan meningkat.

Kotak Biru Yang Tersimpan

Kotak biru di ujung bangku
Ku pasangi sampul dan pita ungu
Kupandangi penuh haru
Karyaku sepenuh kalbu

Ungkapan gundah gulana hati
Merajam perih disisa hari
Rasa yang sengaja tersembunyi
Terpasung bersama simpul ikatan mati

Tak kuasa kututurkan
Masih utuh rapi beraturan
Tersusun siap kembali dimasukan
Penghuni abadi kotak biru di pangkuan


Terimakasih atas ilmu yang menginspirasi.



Salam manis,


Eka Yulia.








Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dapatkah Saya Menulis di Blog?

Menulis Setiap Hari Menolak Lupa

Closing Ceremony Mengharu Biru