Menjadi Proofreading Untuk Tulisanku Sendiri
RESUME PERTEMUAN Ke-12
KBMN PGRI ANGKATAN 28
Jumat, 03 Februari 2023
Pemateri : Susanto, S. Pd
Moderator : Helwiyah, S. Pd., M.M.
Tema : Proofreading Sebelum Menerbitkan
Tulisan
Menjadi Proofreading
Untuk Tulisanku Sendiri
Sepulang bekerja, Mareta berniat untuk mampir terlebih dulu ke rumah Bumi, sahabat karibnya. Bukan masalah kangen, tapi ini berkaitan dengan keutuhan naskahnya yang sebentar lagi akan diterbitkan. Gadis itu merasa belum yakin dengan tulisannya sendiri.
"Etaaaa, lama enggak main!" seru Tante Violet, Mamanya Bumi. Seruan renyah menyambut Mareta sesaat setelah turun dari taksi.
"Tante Vio, Aku kangeeen," ucapnya seraya memeluk wanita berumur akhir lima puluhan yang masih tetap cantik dan enerjik ini. Wangi yang sama, aroma lavender dari parfum Tante Vio memanjakan hidung Mareta.
"Gimana kabar naskahmu? lancar?" pertanyaan beruntun khas Tante Vio. Mareta tersenyum lebar, menduga pasti sahabatnya banyak bercerita tentang proyek naskah novelnya.
"Alhamdulillah, Tan. Udah selesai, ini mau minta tolong Bumi buat edit-edit."
"Syukurlah kalau udah kelar. Ayo, langsung ke kamar Bumi aja,"
Tante Vio mendorong pelan punggung Mareta, gadis itu tersenyum dan mengangguk mengucapkan terimakasih sekaligus pamit untuk langsung ke kamar Bumi.
Pintu bercat coklat tua itu siap untuk diketuk Mareta, ketika tiba-tiba terbuka dari dalam. Kedua gadis itu terkejut besama, lalu tertawa terbahak bersama.
"Lama kali, Kauuu!" logat Bumi mendadak seperti nada bicaranya Bang Poltak.
"Tante Vio ngajak ngobrol dulu. Nih, naskahnya," Mareta mengangsurkan map berwarna ungu yang sedari tadi dikepitnya.
"Duduk dulu!" Bumi menepuk sofa single yang menghadap kursi belajarnya. Sementara ia sendiri berselonjor di lantai beralas karpet tebal.
Sesaat Bumi menimbang-nimbang bundelan tebal naskah novel milik Mareta. Belum dibuka, hanya membolak-balik saja sambil sesekali melirik sahabatnya. Lalu berucap malas.
"Sebenarnya sih, Kamu bisa jadi proofreading untuk tulisanmu sendiri, loh."
"Ck, apa gunanya Kamu yang sudah jadi editor?" decak Mareta sebal. Bumi terkekeh lucu, gadis itu paling senang menggoda sahabatnya.
"Makanya itu, Aku kan editor. Jadi Kamu harus bayar. Soalnya kerjaanya editor itu profesional. Bukan hanya sekedar ngebenerin tulisan doang, loh! ngubah alur cerita sesuai keinginan perusahaan juga bisa--"
"Yaelaaah, ini Aku loh, Bum. Aku! sahabatmu sejak orok. Masa harus dikenai tarif juga?" Mareta memotong kalimat Bumi, diakhiri dengan omelan.
"Hihi .... makanya Kamu harus belajar self editing! biar ada kepuasan tersendiri. Alur cerita kamu enggak terkontaminasi." Bumi menjelaskan dengan gaya santainya.
"Aku enggak sepercaya diri itu buat swasunting sendiri. Ilmu tentang tata bahasaku minim banget." keluh Mareta.
"Dengan Kamu menulis setebal ini, menandakan ilmu tentang kepenulisanmu udah keren. Lebih keren lagi kalau Kamu bisa proofreader tadi."
"Yaudah, sih, ajarin!"
"Sini, Kuajarin! kebetulan Aku lagi ikutan materi tentang Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan. Narasumbernya Pak Susanto, S. Pd."
Bumi Menggerakan jemari, menggulirkan layar ponsel untuk melihat chat materi berikutnya.
"Wiih, ini kalimatnya cakep banget, Bum! siapa yang bikin?" seru Mareta antusias.
Bagi pemikir, buah fikirnya hanya akan bersemayam dalam fikiran jika tak diucapkan dan ditulis
Bagi pembicara, pembicaraannya hanya akan menguap lewat suara bila tak dituliskan
Bagi penulis ,tulisannya akan tersimpan dalam catatan jika tak dipublikasikan.
Bagi penulis media, tulisnnya akan tertimpa materi tulisan lain jika tak dibukukan
Maka, ucapkan dan tuliskan yang ada dalam fikiran.
Publikasikan dan bukukan apa yang sudah ditulis.,agar banyak orang yang dapat membacanya.
Abadi dalam bentuk kumpulan buah fikiran yang tertulis dan tersusun rapi dalam sebuah buku.
"Ini tulisan Bu Helwiyah, moderator." jawab Bumi setelah membaca kalimat pembuka dari moderator.
"Pesertanya penulis semua?" tanya Mareta semakin antusias.
"Sepertinya iya. Tujuan utamanya kan, pengen bisa menulis. Setelah itu, tulisan kita bisa dibukukan biar dibaca banyak orang."
"Diajarin semuanya?"
Bumi mengangguk, ia menarik lengan Mareta mendekat agar sahabatnya dapat ikut membaca dari layar ponselnya. Kedua gadis itu asyik membaca biodata narasumber.
Susanto, S. Pd biasa disapa Pak D. Beliau seorang pendidik, blogger aktif, dan pemateri. Sekarang bertugas sebagai guru kelas di SDN. Mardiharjo. Kabupaten Musi Rawas Sumatera Selatan. Pak D adalah alumni kelas BM gelombang 15.
Buku karya Pak Susanto, S. Pd.https://blogsusanto.com/kalimatmu-kepanjangan/
"Sarjana Pendidikan Bahasa Indonesia. Hmm .... pantas saja tulisan di blog beliau sebagus itu." gumam Mareta sesaat setelah membuka tautan blog milik narasumber.
"Tanpa cela dan enak dibaca, ya, Ta." imbuh Bumi.
"Makanya ayok kita lanjutkan apa tips dan triks biar kita bisa jadi proofreading yang baik." lanjut Bumi. Sahabatnya mengangguk setuju.
Merekapun kembali konsentrasi memperhatikan penjelasan narasumber. Kali ini, Pak D membagikan tautan blog yang memuat salah satu resume materi proofreading yang secara sengaja Beliau dokumentasikan. Resume tersebut milik Pak Ahmad Fatch.
https://ahmadfatch.blogspot.com/2022/09/belajar-cara-menulis-pgri-gelombang-ke_19.html?m=0
"Kalau sampai didokumentasikan berarti resumenya keren banget, nih, Bum." ujar Mareta. Bumi mengangguk, lalu mereka pun bersama-sama mengamati dengan serius berbaris kalimat yang tersusun rapi, runut, dan lengkap. "Aku bacain deh, biar kita paham bareng-bareng!" kata Bumi yang disetujui oleh anggukan Sahabatnya.
"Aku bacain pengertian Proofreading dari Pak D aja ya, Beliau mengutip dari laman uptbahasa.untan.ac.id Proofreading adalah proses peninjauan kembali sebuah teks dilihat dari aspek kebahasaan dan penulisannya. Tujuannya adalah guna mengecek kembali bahwa teks atau esai yang akan diserahkan sudah bebas dari kesalahan pengetikan (typo), kesalahan ejaan, kesalahan grammar, atau kesalaha-kesalahan mendasar lainnya."
"Hmm .... hampir sama sih, dengan pengertian Proofreading yang dungkapkan oleh Pak Ahmad Fatch di blognya itu." lanjut Bumi.
"Intinya membaca ulang, memeriksa tulisan untuk meminimalisir kesalahan pada saat kita menulis sebelum dipublikasikan atau dicetak dalam bentuk buku. Gitu, ya?" Mareta membuat kesimpulan.
"Yup, Aku lanjutin ya baca resume Pak Ahmad Fatch."
Kembali Bumi membaca uraian materi selanjutnya dengan suara nyaring.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Proofreading sebagai berikut:
1. Apakah sebuah kalimat efektif atau tidak?
2. Susunannya sudah tepat atau belum?
3. Substansi sebuah tulisan dapat dipahami oleh pembaca atau tidak?
"Ngerti kan, Ta? alasan mengapa kita harus melakukan proofreading, tadi sudah kamu ungkapkan." Bumi melirik sahabatnya, Mareta mengangguk.
"Sebaiknya, kapan kita harus melakukan proofreading itu, Bum?" tanya Mareta.
"Hmm .... Pak D mengungkapkan bahwa Setelah tulisan 'jadi' langkah selanjutnya adalah melakukan swasunting atau self editing--" Bumi berhenti sejenak baru melanjutkan kalimatnya.
"Nuliiis dulu sampai kelar, baru proofreading. Enggak langsung saat itu juga, sih. Kata Pak D endapkan dulu beberapa jam. Pas aja, nih! Kamu lagi dalam proses proofreading dengan memintaku untuk membaca ulang naskahmu."
"Ihiww! bener dong, Aku, hehe ...." Mareta terkekeh senang merasa langkahnya dijalur yang seharusnya. Bumi ikut tersenyum melihat sahabatnya kegirangan, lalu fokusnya kembali ke layar ponsel.
"Pak D ngasih gambar alur proofreading, sama beberapa tautan. Nih, lihat!"
"Pak D juga bilang bahwa Alat yang digunakan untuk membantu kita melakukan proofreading, tentu saja KBBI dan PUEBI yang sejak 16 Agustus 2022 diganti dengan EYD. Ketetapan itu merujuk pada Keputusan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek Nomor 0424/I/BS.00.01/2022 tentang Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Untuk lebuh lengkapnya kita dapat mempelajari sendiri dari laman https://ejaan.kemdikbud.go.id/ ."
Kedua gadis itu masih larut dalam keasyikannya membaca materi yang disampaikan oleh Pak Susanto. Bersahutan, menyetujui, ataupun sekedar mengangguk.
"Selain menyesuaikan dengan EYD, Pak D juga memberikan saran jika proofreading dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi google doc. Kalau naskah kita tersimpan di MS. Word. Nih, tautannya Ta, yuk kita lihat bentar!"
Bumi membuka tautan yang dibagikan oleh narasumber.
https://www.techtoolsforwriters.com/hemingway-app-a-proofreading-tool-for-writers/
https://www.youtube.com/watch?v=tZZgrv5-JXo
https://blogsusanto.com/belajar-langsung-praktik-menulis-cerpen-bagian-3-narasi-dan-dialog/
"Bum, apa perbedaan editor yang ada di penerbit itu sama proofreding?" tiba-tiba saja Mareta bertanya seperti itu. Bumi tertawa pelan tanpa melirik ke arah sahabatnya.
"Pertanyaanmu sama dengan pertanyaan salah satu peserta. Tar, ya, kucari dulu apa tanggapan Pak D," Bumi menggulirkan layar sampai pada kolom chat yang dimaksudnya.
"Pak D mengatakan jika Editing, orangnya disebut editor, memeriksa lebih dari itu. Untuk penerbit Mayor. Editor menyesuaikan dengan misi perusahaan penerbitan, standar tulisan. Proofreader melakukan uji baca pada tulisan. Gitu Ta, sama aja sih kayak Aku. Tugasnya lebih banyak." ungkap Bumi.
"Bum, ada enggak urutan pastinya dalam melakukan Proofreading? selain membaca ulang tulisan, ya." tanya Mareta.
"Ada dong. Kita harus balik lagi ke blog Pak Ahmad Fatch."
Mereka berduapun kembali mengamati tulisan Ahmad Fatch pada blognya.
- Merevisi draf awal teks. Membuat perubahan signifikan pada konten dan memindahkan, menambahkan, atau menghapus seluruh bagian.
- Merevisi penggunaan bahasa: kata, frasa, dan kalimat serta susunan paragraf untuk meningkatkan aliran teks.
- Memoles kalimat untuk memastikan tata bahasa yang benar, sintaks yang jelas, dan konsistensi gaya. Memperbaiki kalimat kalimat yang ambigu.
- mengecek ejaan. Ejaan yang kita tulis harus merujuk ke KBBI, tetapi ada beberapa kata yang mencerminkan gaya penerbit.
"Hmm, baiklah Aku paham." gumam Mareta.
"Satu lagi nih, Ta. Pertanyaan peserta yang harus kita tau juga jawaban dari narsum."
"Bacain yang kenceng, Bum!"
Bumi menuruti permintaan Mareta "Selain typo adakah ciri-ciri lain kalimat tidak efektif sehingga tulisan kita renyah dibaca? jawaban Pak D adalah --" kembali Bumi membacakan tanggapan narasumber pada kolom chat.
Ada. Pedomani EYD untuk penggunaan tanda baca dan tentu saja kosa kata. Kalau kalimatnya muter-muter dengan kosa kata yang itu-itu saja, akan membosankan dan membuat kalimat tidak efektif.
Ilmu menulis, diterapkan ketika menulis, misalnya satu paragraf satu ide pokok. Selebihnya, memainkan kosa kata menjadi kalimat yang enak dibaca (pinjam istilah Omjay). Sedangkan tata bahasa, aturan EYD, digunakan setelah tulisan selesai.
"Naaah, gitu Mareta. Mau Proofreading sendiri, kan?" Bumi tersenyum ke arah Mareta. Sahabatnya yang cantik itu balas tersenyum lebar seraya berkata. "Kali ini Aku serahin dulu sama ahlinya. Bumi Pertiwi Sang Editor handalan, hahaaa ..... yuk, ah, pulang dulu. Hari minggu Aku ambil ya, naskahnya."
Mareta mencangklong tasnya, lalu beranjak menuju pintu kamar. Berbalik sebentar dan melambaikan tangan. Bumi hanya bisa melebarkan mata seraya menggelengkan kepala melihat kelakuan sang sahabat. "Bilang terima kasih aja, enggak." gumamnya.
***
Mari mulai menulis, lalu belajar menjadi proofreading untuk tulisan kita sendiri. Seperti Saya yang akan mem-proofreading setelah mengirim resume ini. Upss!
Terimakasih untuk materi yang sangat menarik.
Seruyan keesokan harinya.
Salam penuh cinta dari Eka Yulia.







Sangat baguss
BalasHapusTerimakasih, Bun, udah mampir.🙏
HapusOrang bosen, nulisnya banyak, ecieeeh... 👍👍
BalasHapusModal copas, bestieee...
HapusAku sukaaa 🥰🥰
BalasHapusAseeeek....😘
HapusKérén Bu e
BalasHapusHayuuuk, lanjut, Deng!
Hapuskomplit dan menarik...
BalasHapusTerimakasih Buun.
HapusKumplittt... Resumenya
BalasHapusTerimakasiiiih.
Hapuslengkap kap
BalasHapusTerimakasiiih.
Hapus