Majalah Sekolah Impian

 RESUME PERTEMUAN KE-11

KBMN PGRI ANGKATAN 28

Rabu, 01 Februari 2023

Pemateri   : Widya Setianingsih, S. Ag.

Moderator: Mutmainah, M. Pd.

Tema          : Mengelola Majalah Sekolah


Majalah Sekolah Impian

Lonceng panjang berdentang menandakan waktunya pulang telah tiba. Seisi kelas XI IPS.1 berhamburan ke luar ruangan. Tak peduli lagi teriakan temannya yang tersenggol, terdorong, atau tertarik tasnya. Yang ada dipikiran mereka sekarang adalah cepat sampai ke rumah. Kecuali satu siswi yang masih duduk dikursinya.

Senja masih diposisi yang sama, duduk di kursi menghadapi setumpuk map yang berisi lembaran berbagai jenis naskah. Tak menyadari jika dirinya tertinggal seorang diri. Beberapa waktu berselang, seorang siswa berjaket jeans mendekatinya.

"Uja, Kamu dicari Miss Icha." ujar Awan, sang ketua osis.

Hening, tak ada sahutan sedikitpun. Rupanya Senja masih asyik dengan dunianya sendiri, seraya memandangi naskah.

"Ujaaa, Jaaa, hey!" Awan menepuk lengan Senja berkali-kali. Barulah gadis itu terkaget, mengangkat wajahnya. Mengerjapkan mata dengan ekspresi lucu, membuat pemuda itu  terbahak.

"Wooy! melamun sampai segitunya. Lagi banyak beban ya? perlu bahu untuk bersandar? Sinii-"

"Issh, gaje! Aku enggak perlu bahu. Aku perlunya solusi dari programnya Miss Icha." 

Senja memotong kalimat gurauan Ketua Osis. Gadis itu berdiri, mencangklong tas ranselnya lalu beranjak dari kursi. Sebelum sempat melangkah, dengan penuh pengertian Awan segera meraih map yang berisi setumpuk naskah itu.

"Rencana bikin majalah sekolah itu, ya?" tanya Awan, pemuda itu menjejeri langkah Senja. Mereka berjalan menuju ruang perpustakaan sekolah, tempat Miss Icha menunggu.

Miss Icha adalah guru Bahasa Indonesia, masih muda, ceria, kreatif, serta supel. Ibu guru muda aktif, penuh ide dan inovasi. Saking aktifnya, energi Miss Icha seolah tak pernah habis. Siswa banyak yang menjadikan Miss Icha panutan, karena Ibu guru muda berusia dua puluh dua tahun itu selalu terjun langsung bersama-sama siswa. Memberi contoh dan bimbingan.

"Aduuuh couple favorit Akuuuuh, lama bingit baru sampai."  suara renyah khasnya Miss Icha menyambut kedatangan Awan dan Senja.

"Yuk, masuk! nih minum dulu, udah Miss sediain boba."

Tiga cup boba yang masih berembun, tersedia di atas meja. Menggoda untuk segera di sesap, hmm .... dingin menyegarkan.

"Miss, pulang dulu?" tanya Senja dengan nada heran. 

"Enggak, nanti kesorean. Kenapa Ja?" Miss Icha balik bertanya.

"Ini udah ada boba, Miss beli di mana?"

"Ooh, Miss beli via gofood."

"Hahaa .... waduuh, maaf Miss! Senja lagi enggak fokus. Sejak tadi melamun memikirkan rencana bikin majalah sekolah itu." Awan memberi penjelasan diantara kekehan tawanya. Pemuda itu merasa gemas dan lucu menyaksikan tingkah Senja yang linglung. Senja tak menanggapi, gadis itu buru-buru duduk.

"Owalaaah, Uja enggak usah stress. Sini kita belajar bareng-bareng!" Miss Icha ikutan tersenyum geli, memahami kegusaran siswinya.

Ibu guru cantik berkulit putih bersih itu memutar layar laptop agar menghadap mereka bertiga.

"Ini udah Miss bikinkan rangkuman materi tentang Mengelola Majalah Sekolah."

"Dapat dari mana Miss, materinya?" tanya Senja antusias.

"Kebetulan Miss lagi ikutan kegiatan belajar  menulis. Materi tadi malam sesuai untuk kita yang memang mau merintis majalah sekolah." tutur Miss Icha.

"Wah, bisa pas gitu ya momennya, Miss." timpal Awan. Miss Icha tersenyum lebar seraya mengangguk. "Yuk, kita pahami dulu!" ajaknya.

"Puisinya bagus banget, Miss, siapa yang bikin?" tanya Senja. Rupanya gadis cantik berkulit putih ini tengah terpesona oleh sebuah puisi yang menjadi pembuka materi.

"Itu puisi karya Bu Widya Setianingsih, S.Ag. Beliau narasumbernya. Puisi itu diunggah oleh Bu Mutmainah, S. Pd. Yang jadi moderatornya."

Rindu Tanpa Alamat

Rindu ku terjerat terali

Yang mengambang di lekat titian senja

Kedua tangan mendongak merapal doa

Teramputasi berjuta bayangan. 


Garis takdir merajut seenaknya

Berbicara seolah penguasa

Menggurui jiwa kosong tak berdaya

Meludahi setiap keluh kesah. 


Gigilku diselimuti pagi

Terseok dijalanan sepi

Tarian pilu tertawa bergirang hari

Mencumbui tapi tak peduli. 

Jika inginku saja kau tak pahami

Lantas untuk siapa lagi aku bermimpi malam ini? 

Rinduku tak pernah tiris

Memenjara sabda yang kosong tanpa daya

Aku terdiam di ruang binasa

Dan kau mencibir tanpa dosa.

Sudahlaah.

Widya Arema

Mereka bertiga mulai asyik membaca kalimat demi kalimat dari narasumber.

"Kita mulai dari biodata narasumber, ya. Biar kalian termotivasi, Ayo Awan tolong baca!" Miss Icha melirik ke arah Awan.

"Aku baca moderatornya dulu, ya Miss,"

"Kenapa?"

"Moderatornya udah punya buku karya sendiri. Bu Mutmainah biasa dipanggil Emut, berasal dari Lebak Banten. Beliau alumni peserta Belajar Menulis PGRI asuhan Om Jay gelombang 24. Mulai belajar dari NOL BESAR hingga menghasilkan buku solo (hasil 30 kali pertemuan dengan Narasumber keren) dan 20 buku antologi. Tuh, kan, dari moderatornya aja udah hebat begini." ucap Awan.

"Lanjutin ke narasumbernya, Wan!" pinta Senja tak sabar. 

Awan menggerakan kursor untuk menampilkan potongan slide yang berisi biodata narasumber.


Ketua Osispun melanjutkan membaca.

"Bu Widya Setianingsih adalah seorang guru di MI Khadijah Malang alumni BM 21 yang kariernya melesat bak pesawat jet dari peserta menjadi moderator sekaligus narasumber, kurator, dan sekarang merangkap menjadi editor juga penulis buku puisi "Laras Laras Makna dalam Kata" Sekaligus pimpinan redaksi majalah sekolah yang bertajuk KHARISMA DI MI Khadijah kota Malang."

"Hmm, keren ya. Ternyata narasumbernya adalah pimpinan redaksi majalah sekolah. Udah pengalaman dong." gumam Senja, lebih seperti bermonolog.

"Majalah Kharisma sampai saat ini sudah edisi ke-23." kali ini Miss Icha yang menjawab.
"Ada baiknya kita memahami dulu, apa majalah sekolah itu? yuk kita cermati dulu!" Miss Icha mulai lagi menelusuri rangkuman materi yang telah disiapkannya.
"Bu Widya memaparkan perbedaan antara majalah, tabloid, dan buletin."

Majalah

- Ukuran umumnya A4, Letter dan B5 atau F4

- Kertas yang digunakan lebih halus dan tebal       (art paper/art carton)

- Memuat artikel yang berisi topik popular bagi     masyarakat umum

Tabloid

- Ukuran umumnya A3

- Kertas yang dipakai lebih kasar dan tipis              (kertas koran)

- Cenderung mengangkat artikel tentang gosip,     astrologi, berita kriminal dan olahraga

Buletin

- Ukuran umumnya F4, A5 atau A4

- Kertas yang digunakan lebih halus (art paper)

- Memuat artikel yang berisi topik kejadian            popular.

Majalah sekolah itu sendiri adalah media massa yang diterbitkan atau dikelola oleh sekolah yang bersifat informatif, edukatif, kreatif, serta dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran.

"Lalu Beliau juga mengungkapkan manfaat majalah sekolah." lanjut Miss Icha.

"Kepengurusannya gimana, Miss?" tanya Awan.
"Berdasarkan pemaparan Bu Widya sih, seperti ini." Ibu guru Bahasa. Indonesia itu dengan telaten menampilkan Slide demi slide.


"Hmm, artinya kita harus menyusun dulu kepengurusan, ya Miss." Awan mulai mengangguk paham.
"Iya, Bu Widya ada membagikan langkah-langkah awal yang harus kita tempuh untuk mengelola majalah sekolah."

LANGKAH LANGKAH MENERBITKAN MAJALAH SEKOLAH

1. Menyatukan ide dan gagasan. Mencari  
    teman-teman yang memiliki jiwa literasi dan
    organisasi. Membentuk susunan redaksi
    majalah.

2. Mengajukan Proposal.
    Membuat proposal meliputi latar belakang,
    tujuan, susunan redaksi, anggaran dana
    dsbnya. 

3. Membuat rancangan majalah. Menentukan
    nama majalah, isi berita, pendanaan dll. 

4. Mencari rekanan pendukung. Percetakan,
    sponsor dll

5. Melakukan sosialisasi tentang manfaat,
    pentingnya suatu majalah pada orngtua. 

"Ini, bagus juga Miss, Bu Widya memaparkan tentang hal-hal yang harus diperhatikan ketika membuat majalah sekolah." sela Awan.
"Tampilkan Wan!" ujar Senja, gadis itu sejak tadi diam saja memperhatikan. Saking semangatnya karena memang ia suka menulis cerita serta membaca majalah.
1. Buatlah nama yang menarik.
2. Menentukan artikel yang akan ditampilkan.
3. Mengajukan ISSBN/QCRBN.
4. Menentukan bahasa yang dipakai dalam
    majalah.
5. Carilah tema dari hal yang lagi ngetrend dan
     booming.
6. Cover dan layout menarik.
7. Pembiayaan.
8. Percetakan.
9. Upgrade ilmu secara kontinyu.
10. Pupuk kekompakan tim.

"Miss, sepertinya konsep kita sudah sesuai. Materi tampilan juga sudah siap. Kita belum punya nama sama susunan pengurusnya aja." kata Senja.
"Susunan pengurus kita prioritaskan, sama rencana anggaran dana. Menjadi sebuah proposal, nanti kita bertiga juga yang maju menghadap kepala sekolah. Kalau sudah selesai semua, biar nanti ketika rapat guru dan komite langsung bisa sosialisasi." tutur Miss Icha.

Awan dan Senja mengangguk menyetujui apa yang diungkapkan oleh Miss Icha.

"Ada yang punya ide, nama majalahnya?" tanya Miss Icha.
"Hmmm, Dreamer." usul Senja.
"Cakrawala, Miss." Awan menimpali.

Ibu guru tersenyum sumringah, senang melihat kedua siswanya bersemangat mendukung sepenuhnya gagasan pembuatan majalah sekolah yang menjadi usulannya.
"Keduanya akan Miss konsultasikan sama kepala sekolah."
"Ada contoh tampilan majalah sekolah punya Bu widya enggak, Miss?" Senja masih saja bersemangat.
"Ada dong, bisa kita jadikan referensi nantinya."
Miss Icha kembali menggerakan kursor untuk menampilkan beberapa contoh yang dibagikan oleh Bu Widya.



"Tuh, kan! Naskah punya kita tinggal memoles aja, Miss," seru Senja.
"Ya, Uja. Nanti Miss akan meminta bantuan teman dari penerbit dan editor koran biar mereka ngasih kita kursus privat gitu. Dan ini gratis." ucap Miss Icha.
"Waaah .... keren, Miss! kita berdua siap mendukung." Senja heboh sendiri.
"Ya dong, kita berdoa semoga rencana kita berjalan lancar. Kalian akan jadi kru pewarta pertama kali di sekolah kita."
"Aamiin Ya Rabb."

Begitulah mereka bertiga mengakhiri sore, lalu bergegas bersiap untuk pulang ke rumah masing-masing. Berjalan beriringan, tersenyum riang tak ada lagi beban. Tertinggal semangat yang membumbung untuk mewujudkan rencana membuat majalah sekolah impian.

Terimakasih atas materi yang penuh manfaat.

Seruyan, tengah malam.
  


Salam sayang dari Eka Yulia.





 







Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dapatkah Saya Menulis di Blog?

Menulis Setiap Hari Menolak Lupa

Closing Ceremony Mengharu Biru