Buku Cerita Digital Versus Buku Kertas

 RESUME PERTEMUAN 16

KBMN PGRI ANGKATAN 28

Pemateri     : Nur Dwi Yanti, S. Pd.

Moderator  : Dail Ma'ruf, M. Pd.

Tema            : Menulis Buku Cerita Digital


Buku Cerita Digital Versus Buku Kertas

Satu begitu bersemangat mengikuti pertemuan kuliah kali ini. Gadis itu memilih duduk di kursi baris kedua. Disebelahnya telah duduk manis Bumi, sang sahabat. Pak Dail Ma'ruf, asisten dosen telah masuk dan berdiri didepan kelas  untuk memeriksa kehadiran mahasiswa kelas Menulis Buku Cerita Digital yang akan diampu oleh Bu Nur Dwi Yanti, S. Pd sebagai dosen utama. Beliau kelahiran Bandung, 30 Mei 1974 yang sekarang bertugas di SDN Muncul 03 Kota Tanggerang Selatan.

https://sites.google.com/guru.sd.belajar.id/nurdwiyanti/profil

"Kosongkan dulu memori ponselmu!" bisik Bumi.

"Kenapa?" Satu menoleh menatap Bumi. 

"Siapa tau langsung praktek. Biasanya Bu NDY langsung praktek." jelas Bumi. Satu mengangguk paham. "Aku hapus dulu aplikasi Toktok." gumamnya. Bumi terkikik geli. 

Tak berapa lama Bu Nur Dwi Yanti, S. Pd yang biasa disapa Bu NDY masuk dengan senyum manis diwajahnya.  Setelah menyapa dan memeriksa kehadiran mahasiswa, Beliau langsung menyampaikan materi mengenai Menulis Buku Cerita Digital.  Bu NDY mengarahkan mahasiswa untuk mengakses aplikasi quizizz. https://quizizz.com/join?gc=125351

"Silahkan akses tautan pada layar infokus, melalui ponsel masing-masing." kata Bu NDY.

"Tuh, bener kan? ini yang bikin Aku suka ikut kuliah Bu NDY.  Menyampaikan materi sambil langsung praktek." bisik Bumi. Satu kembali mengangguk menyetujui.

Betul saja, mereka berdua langsung asyik menyimak materi yang dimulai dengan penjelasan mengenai pengertian buku digital.

Bu NDY mengemukakan bahwa Buku Digital adalah salah satu jenis buku atau bacaan yang hadir dalam bentuk softcopy atau elektronik yang kemudian bisa dibaca menggunakan perangkat digital baik itu smartphone maupun komputer (PC dan laptop).

"Bum, ini kan sejenis ebook, ya?" tanya Satu pelan.
"Ya." Bumi mengangguk tanpa berpaling.

Beliau juga mengungkapkan bahwa konsepnya seperti menulis buku cetak biasa, lalu dikonversi ke dalam beberapa bentuk aplikasi, dilengkapi dengan gambar dan suara. 

"Berikutnya, mari kita lanjutkan dengan fungsi dan tujuan buku digital." seru Bu NDY. Layar ponselpun Berganti.

Bu NDY menambahkan informasi, bahwa kelebihan dari buku digital adalah informasi tidak mudah hilang atau rusak. Lain halnya dengan  buku berbasis kertas. Jika tidak terawat dengan baik, maka dalam kurun waktu tertentu akan rusak. Baik itu dimakan rayap, kena air, atau bahkan terbakar. 

"Sampai disini, ada yang mau ditanyakan?" Bu NDY mengedarkan tatapannya. 

Dengan sedikit ragu, Satu mengangkat tangan.

"Ya, silahkan sebutkan namamya dulu!" Bu NDY mempersilakan.

"Terimakasih banyak, Bu. Nama Saya, Satu Setia. Ingin bertanya mengenai jenis-jenis buku digital."

"Oh, baiklah. Satu ini rupanya cepat paham ya, dengan penjelasan Saya sebelumnya, sehingga langsung ingin banyak tahu. Bagus sekali! kebetulan penjelasan Saya berikutnya adalah mengenai jenis-jenis buku digital, mari kita simak bersama!"

Di layar ponselpun tertera penjelasan yang dimaksudkan oleh dosen.

Jenis format buku digital yang sudah umum dan mungkin kitapun pernah menggunakannya adalah EPUB, MOBI, PDB, PDF, dan KFF.

Kembali Satu mengangkat tangan
"Ya, Satu, silahkan!" ucap Bu NDY.
"Bu, ketika kita menggunakan aplikasi power point, MS Office, Canva, Powtoon untuk menampilkan suatu konten, apakan sudah termasuk kriteria buku digital?"

"Ya, tentu saja termasuk. Aplikasi-aplikasi tersebut dapat dikolaborasikan dengan aplikasi pendukung seperti untuk gambar dapat menggunakan adobe photoshop, ibis paint, madibank, video editor, serta aplikasi yang lainnya. Begitu, Satu."

"Bu, boleh bertanya lagi?" kali ini Bumi yang mengangkat tangan.
"Tentu saja, silahkan sebutkan namanya dulu." Bu NDY mempersilakan.
"Terimakasih, Bu. Saya, Bumi Pertiwi. Ingin bertanya apakah aplikasi novel online termasuk buku digital? setau Saya ada yang namanya webtoon."

"Waah, ini rupanya Bumi penulis online itu, ya?" Bu NDY tersenyum lebar.
"Ya Buuu, jangan-jangan Ibu fans ya? hehe ...." kelakar Satu berakhir dengan sikutan dari Bumi. 
"Ya dong, Saya termasuk follower noveltoon Bumi. Naah bagi yang lainnya, ternyata ditengah-tengah kita sudah ada salah satu penulis buku digital."

Suasana kelas menjadi gaduh, terdengar berbagai seruan.
"Waaah, othooor!"
"Caiiir, honor novel dong!"
"Traktiiiir!"

Sebelum keriuhan itu berlanjut, Bu NDY dengan cepat merelai. "Ayo, semua kembali ke layar ponsel masing-masing! kita lanjutkan materi berikutnya mengenai aplikasi dan buku digital berbasis web." tuturnya.

Fokus mahasiswa kembali ke materi pada layar ponsel di tangan masing-masing.

"Noh, bener ini. Aku udah jadi penulis buku digital dong! Aku kan nulis di wattpad juga." Seru Bumi.

"Ya, iyaaa ...."

Bu NDY melanjutkan materi aplikasi pemformatan buku digital. Serta membero contoh buku cerita digital karya beliau yang sudah memiliki haki.


"Bagaimana, masih ada pertanyaan?" 

Para Mahasiswa masih terpesona dengan materi yang diberikan oleh Bu NDY, mereka lebih memilih diam.
"Hmm, baiklah jika sudah paham semua. Saya akhiri pertemuan kita kali ini. Sampai bertemu minggu depan. Sebentar lagi Pak Da'il akan memberikan tugas individu. Terimaksih." Bu NDY mengakhiri pertemuan disambut dengan helaan nafas kasar dari mahasiswa.

"Baiklah, rekan-rekan sekalian, tugas untuk ...." suara Pak Da'il terdengar sayup-sayup.

Dengungan suara, berbagai keluhan yang keluar dari mulut teman seangkatan Satu dan Bumi masih terdengar. Mereka masih berdiskusi tentang penyelesaian tugas.

"Gak usah ngeluh!"
"Dikit-dikit aplikasi, dikit-dikit laptop."
"Kuota sekarat"
"Tar malam giliran matlis"
"Dikerjakan dikit-dikit sambil belajar. Mau gak mau lah, zaman udah era digital 5.0 masa masih bikit catatan di kardus kotak cemilan?"

Satu dan Bumi berjalan keluar dari ruang kuliah. Mereka memilih untuk mengisi perut dulu. Bahkan ngedompleng tugaspun perlu energi.

Terimakasih atas ilmu baru yang begitu menginspirasi.


Seruyan, ditengah gerimis.
Salam manis,



Eka Yulia.























Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dapatkah Saya Menulis di Blog?

Menulis Setiap Hari Menolak Lupa

Closing Ceremony Mengharu Biru