Mimpi Manis Menjadi Penulis Buku Mayor

 PERTEMUAN KE-6 

KBMN PGRI ANGKATAN 28


PEMATERI    : Prof. Richardus Eko Indrajit

MODERATOR: Aam Nurhasanah, S.Pd.

TEMA              : Menulis Buku Mayor Dalam

                            Dua Minggu


Mimpi Manis Menjadi Penulis Buku Mayor

"Satuuu, Tuuu!"

Duh, teriakan Mama kembali menggema. Tepat dihadapan pintu kamarku. Seperti biasa.

"Ya, Ma. Ada apa?" tanyaku seraya melongokan kepala dari balik pintu.

"Itu ada Mamanya Si Lia, temanmu yang baru menikah itu. Sana temani sebentar!"

"Mama aja, deh. Tanggung Aku lagi ngetik."

"Ngetik terus, ceritamu sudah sepanjang apa? sudah jadi buku berapa? laku berapa?"

Pertanyaan yang selalu Mama ajukan kepadaku. Sejak Aku, Si Satu memutuskan untuk menekuni kegemaranku merangkai cerita dengan membagikan bab per bab ceritaku disebuah platform online.

"Mama bukannya doakan Aku, biar tulisan-tulisanku dilirik penerbit." tuturku dengan sedikit merengut. "Masuk penerbit itu harus terkenal dulu." ucap Mama telak. Kutarik lembut lengan Mama, lalu kududukan dikursi menghadap layar laptop yang tengah menampilkan chat percakapan grup panjang lebar.

"Sini, deh! Mama temenin Aku."

"Kamu lagi apa?" Mama mulai penasaran.

"Aku lagi ikut Kegiatan Belajar Menulis Nusantara. Malam ini pertemuan ke enam ini temanya, coba Mama Baca!"

Mama mulai tertarik, dan ikut memperhatikan layar. "Menulis Buku Mayor Dalam Dua Minggu" gumam Mama, Beliau melirikku "Emang bisa, Tu?" tanyanya.

"Bisa dong! ini udah banyak yang membuktikan." Aku meyakinkan Mama, lebih ke meyakinkan diri sendiri, sih. "Yang bimbing narasumbernya, loh Ma." lanjutku.

"Narasumbernya ini adalah Prof. Richardus Eko Indrajit, biasa disapa Prof. Ekoji, Moderatornya Bu Aam Nurhasanah, S.Pd. Nah Beliau berdua ini Mentor dengan Anak didik. Prof. Ekoji pernah ngasih tantangan dan membimbing ke Bu Aam untuk menulis buku mayor. Bu Aam berhasil, sekarang buku Bu Aam sudah nangkring di rak buku gramedia."

Buku karya Ibu Aam, tersedia di Gramedia.

"Hmm, siapa Prof. Ekoji ini, Tu?" Mama mulai penasaran dan terhanyut ikut memperhatikan link biodata yang dibagikan Bu Aam. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Richardus_Eko_Indrajit

"Yuk, kita lihat, Ma! niih Beliau ini seorang tokoh pendidikan dan pakar teknologi informatika asal Indonesia yang kini menjabat Rektor Universitas Pradita. Sederet gelar dari perguruan tinggi di luar telah Beliau dapatkan. Selain dikenal sebagai sosok penggerak riset informatika dan teknologi digital, Prof. Eko Indrajit adalah narasumber yang aktif di berbagai seminar, lokakarya, dan penulis buku serta jurnal yang telah dipublikasikan di dalam maupun luar negeri. Kini, Beliau tercatat sebagai salah satu anggota Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia dan menjadi Ketua Smart Learning and Character Center (PSLCC) PGRI yang berperan melakukan pengembangan profesi guru dan pendidikan karakter berbasis teknologi dan informasi."

"Lanjut Ma?" tanyaku seraya melirik wanita super cerewet yang kusayangi ini. "Lanjut! narasumbernya bukan kaleng-kaleng." ujar Mama antusias. Sudah lupa nasib Mama Si Lia yang bertamu. Entah masih menunggu, atau sudah pulang. Kebetulan Di rumah hanya kami berdua, Papa sehabus maghrib tadi diajak Pak Lurah kumpul bersama bapak-bapak satu komplek. Mamaku memang ajaib.

"Nih Ma, Beliau memberi motivasi dengan bangga mencontohkan langsung jika Bu Aam adalah salah satu penulis yang hebat dan mandiri."

"Ya, lah Tu, pasti bangga hasil bimbingan sendiri dan berhasil."

"Lihat Tu, penuturan Beliau ini begitu runut. Mama suka bacanya." lanjutnya.

Prof. Ekoji mulai memaparkan pengalaman beliau dalam dunia kepenulisan, hingga menghasilkan banyak buku mayor. Sebuah karya tulis yang diterbitkan oleh penerbit nasional.

"Nih Ma, kata Prof Ekoji, Beliau Sampai saat ini telah menulis kurang lebh 121 buku mayor semenjak Beliau selesai kuliah. Beliau senang menulis semenjak Sekolah Dasar. Namun tulisan pertama Beliau baru diterbitkan majalah ketika duduk di bangku SMP."

"Yang begini yang harus ditiru, Tu!" desis Mama. Kuabaikan saja komentarnya, karena Aku tahu ujung-ujungnya akan membanding-bandingkan. Yang benar saja? jika Mama membandingkan Aku dengan karya Prof. Ekoji. Ya Allah, tolong! Prof. Ekoji akan protes keras. Aku menggali lubang, untuk sembunyi karena minder.

"Lanjut yuk, Ma! nih, Beliau juga menuturkan alasan senang menulis karena ingin membagi ide, pemikiran, gagasan, dan cerita kepada orang lain."

"Tujuan Kamu menulis, apa Tu?" sela Mama. "Ish, Mama! sebentar, kita lanjutkan dulu. Tuh Ma, kata Prof. Ekoji karena sering menulis, lama-lama Beliau jadi ketagihan menulis. Karena semakin  banyak membaca buku dan menonton televisi (dulu belum ada internet), semakin tinggi keinginan untuk menulis." Mama tak menanggapi kalimatku.

"Artinya, Aku harus sering-sering baca dan nonton. Hehe ...." Aku terkikik geli sendiri karena tahu kalimat apa yang akan Mama ucapkan. "Nonton drakor!"

"Baca Tu! Prof. Ekoji menerbitkan buku Mayor pertama pada tahun 2000, yaitu dua tahun setelah krisis dan reformasi. Lalu sepuluh buku pertama Beliau berupa bunga rampai. Setiap buku terdiri dari 50 artikel. Setiap artikel berisi ringkasan SATU TOPIK yang sedang menjadi trend pada saat itu."

Kembali Kami berdua terhanyut dalam kekaguman terhadap narasumber. Penuturan yang runut, rapi dengan bahasa yang mudah dimengerti menyihir untuk tak berhenti.

"Kata Prof Ekoji, Beliau sendiri tidak menduga ketika begitu banyak orang yang membelinya. Sampai akhirnya jadi ketagihan menulis. Hal lain yang membuat motivasi menulis lebih besar adalah karena banyaknya SMS (dulu belum ada WA) yang masuk ke nomor ponsel  Beliau menyampaikan  ucapan terima kasih atas buku dibuat Beliau." Aku ikut terharu, turut merasakan bagaimana perasaan Prof. Ekoji ketika tahu bahwa bukunya banyak dibaca khalayak. Bangga dan haru.  "Waah, begitu rupanya jika karya kita banyak diapresiasi orang lain."

"Lanjut, Tu!" seru Mama membuyarkan lamunanku.

Kami berdua sampai pada penjelasan Prof. Ekoji, disaat Beliau memulai aktif membuat satu hari satu youtube, yang isinya hal-hal berkaitan dengan PJJ (karena sedang menjadi pembicaraan nasional). Beliau mengungkapkan jika judul-judul konten youtube sengaja dibuat dengan judul aneh-aneh, seperti gamification, flipped classroom, collaborative learning, metaverse, IOT, big data, dan lain sebagainya. Ini adalah strategi cerdas Beliau sebagai konten kreator untuk menarik penonton.

Berlanjut dengan ajakan dari Om Jay untuk mengajarkan guru-guru menulis, Beliau tergerak untuk bereksperimen.

"Om Jay, siapa Tu?" tanya Mama. "Yang punya pelatihan ini, KBMN PGRI. Satu lagi ikutan." jawabku. Mama mengangguk paham.

Prof. Ekoji menuturkan jika setiap guru diminta untuk membuka youtube Beliau dengan alamat EKOJI CHANNEL. Kemudian setiap guru diminta untuk menuliskan apapun yang Beliau omongkan di youtube tersebut. Setelah itu Prof. Ekoji memberikan tambahan referensi untuk memperkaya konten. 

Alhasil, dari 30 guru yang berniat bergabung, 19 buku diterbitkan. Dari 19 buku tersebut, satu buku terpilih jadi Buku Terbaik Nasional versi Perpusnas untuk kategori PJJ. Hingga saat inik kalau tak salah sudah lebih dari 60 buku guru-guru hebat yang berhasil diterbitkan oleh Penerbit ANDI.

"Kalau diajakin Beliau untuk nulis buku, Kamu harus mau, Tu!" seru Mama. Aku terperanjat, kaget sendiri. Mama kan selalu memprotes aktivitasku menulis. Tapi ini, hanya beberapa menit saja membaca paparan dari Prof. Ekoji, Mama langsung berubah haluan mendukungku. "Racun" dari Prof. Ekoji mulai merasuki Mama. 

"Ma, Prof. Ekoji memang ngajakin peserta untuk menjadi penulis buku mayor yang diterbitkan. Bahkan Beliau akan memberikan SEBUAH TEMA, kemudian dengan bimbingan Beliau dan Bu Aam, Peserta wajib mendalami dan mengembangkan tema tersebut hingga menjadi buku." ujarku. Mama mengangguk paham.

"Ikutan aja, Tu! Prof Ekoji ngasih contoh temanya. Baca sendiri!"

Dalam hati ingin terbahak, Mama menyerah untuk membaca beberapa tema buku yang diminati oleh penerbit mayor atas rekomendari Prif Ekoji. Kebetulan semua tema berbahasa Inggris. Kalau ingin menuliskan buku yang diterbitkan penerbit mayor, anda harus mengikuti KEBUTUHAN PASAR. Contohnya; Classroom Design and Management, Community Based Learning, Computer-Based Assessment, Competency-Based Learning, Computer-Adaptive Assessment, dan The 21st Century Learning Skills. Tutur Prof Ekoji. 

Frasa yang paling menyentuh sanubariku adalah ketika Beliau mengungkapkan bahwa tidak perlu berfikir panjang-panjang dulu. Mulai dari satu hal yang sederhana. 

Jangan menuliskan sesuatu yang kita tidak mengerti dan tidak ada sumber referensinya. Aku sangat sepakat dengan hal ini, karena menulis itu adalah menyederhanakan setiap yang kita lihat, kita dengar, kita bicarakan kedalam sebuah untaian kalimat hingga mengandung makna yang akan disepakati banyak orang.

Prof Ekoji menegaskan jika Beliau lebih senang mengajak rekan-rekan guru untuk BERJALAN BERSAMA, bukan sekedar BERDISKUSI. Kebanyakan orang senangnya berdiskusi dan TAKUT EKSEKUSI. Beliau akan membawa para penulis pemula untuk langsung EKSEKUSI di bawah bimbingannya,  baru berdiskusi.

"Saya mengajak teman-teman yang BERMIMPI karyanya terpajang di toko buku untuk BERGABUNG dalam batch JANUARI BERSERI yang nanti akan menjadi workshop mingguan membuat buku mayor." tutur Prof Ekoji. "Karena tujuan workshop menulis adalah agar guru-guru BISA MENULIS BUKU bukan sekedar TAHU CARANYA NULIS BUKU." Lanjut Beliau.

"Tu, Mama suka kata-kata narasumbermu yang ini nih. Saya adalah penganut konsep BELAJAR KETIKA BERKARYA, bukan BERLAJAR DULU BARU BERKARYA." ujar Mama bersemangat. 

"Kenapa?" Tanyaku. "Karena Kamu enggak dijejalin teori-teori yang bikin pusing, tapi kamu langsung diajak praktek. Ibarat mau belajar masak, tapi dikasih catatan resep doang. Mana mau mempraktekan, tapi kalau diajak langsung praktek membuat kue, ilmunya akan lebih lama nempel. Pada dasarnya, kan Kamu udah bisa nulis,  tinggal mengasah ide, mengembangkan alur cerita, serta menjabarkan tema hingga jadi sebuah buku." 

Ya ampun! betulkah ini Mamaku? orang yang sama dengan yang tadi meneriakiku,  gara-gara menulis terus? sekarang sudah jadi motivator terilhami Prof. Ekoji. 

Aku curiga,  jangan-jangan sekarang Mama yang mau menjadi penulis. Tak lama berselang Mama bangkit dari duduknya, lalu mengelus puncak kepalaku "Istirahat dulu, sudah malam." Aku tersenyum mengedipkan sebelah mata dan mengangguk. Doakan Aku dapat menulis dengan baik, Ma! bathinku.

Akhirnya, Aku dapat menyimpulkan beberapa hal dari apa yang dipaparkan oleh narasumber malam ini.

1. Penerbit mayor tertarik dengan judul buku        yang mainstream. Buatlah judul yang              antimainstream.

https://www.youtube.com/watch?v=17v72RUhZIY

2. Semakin banyak kita pakai pemikiran orang      lain, semakin banyak referensi yang kita               pergunakan.

3. Motivasi selalui dimulai dari mimpi.

4. Practice makes perfect.

Keempat hal tersebut diatas sangat masuk akal, dan simpel ketika dituturkan oleh seorang Prof. Ekoji yang memang mumpuni. Namun Aku tak berkecil hati karena Beliaupun berkenan membuka workshop bagi yang berminat mengikuti tantangan menulis buku mayor dalam dua minggu.

Jujur, hatiku ketar-ketir. Namun semangat dan rasa penasaranku mengalahkan segalanya. Bismillah saja, akan kuikuti. Mama juga sepertinya mendukungku. Berharap mimpiku menjadi nyata, suatu saat buku karya si Satu terpajang keren di Gramedia.

Terimakasih atas ilmu yang luar biasa.

Seruyan, menjelang tengah malam.


Eka Yulia



  



Komentar

  1. Balasan
    1. Semangatnya masih mudaaa. Umurnya 17 + banyaaak.

      Hapus
  2. Mantap Bu Eka, bisa dibuat jadi cerpen, asyik lho. Bakso nya mana 😃

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasiiih udah mampir, Buun! Udah malam, Mas Baksonya udah pulaang. Hihii...

      Hapus
  3. Mantap bu, saya suka opening bacannya. Langsung dikasih konflik dengan mama. Hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aiih... Terimakasih suhu cerpen dah mampir. Prolog yg sifatnya deskripsi Saya gak bisa haha ... ajarin dong, Pak Afiiif!

      Hapus
  4. Ini ni....org keren....inspiratif....mampir yuk..https://milmayasmi82.blogspot.com/2023/01/ohhhh-my-good-aku-berteriak-saat.html

    BalasHapus
  5. Woww banget... Kreatif, imajinatif, mantaff!! Sepertinya tinggal menghitung hari peluncuran buku-bukunya....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waah terimakasih sudah mampir. Yuk, Pak bareng- bareng meluncuuur.☺

      Hapus
  6. Wow..kreatif sekali ibu,mampir ya kberandaku☺️

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dapatkah Saya Menulis di Blog?

Menulis Setiap Hari Menolak Lupa

Closing Ceremony Mengharu Biru