Menulis Pantun Membuatku Tertegun

 RESUME PERTEMUAN 13

KBMN PGRI ANGKATAN 28


Senin, 6 Februari 2023

Penasaran dengan rasa semangka
Minum diseduh dengan sedotan
Perkenalkan nama Saya Eka
Nun jauh dari Seruyan

Pemateri    : Miftahul Hadi, S. Pd.
Moderator : Dail Ma'ruf, M. Pd.
Tema           : Kaidah Pantun

Menulis Pantun Membuatku Tertegun

Lonceng pergantian jam berdetang dua kali, Pak Damar bergegas membereskan buku seraya berkata. "Latihan soal tiga, silahkan kalian kerjakan di rumah. Minggu depan Bapak periksa dan dinilai sebagai nilai tugas." begitulah titah sang ahli kimia.

Hhhh, desahan nafas berat terdengar dari penjuru kelas. "Bukan Pak Damar kalau enggak ngasih tugas." gumam Venus. Gadis itu terburu-buru memasukan buku catatan kimia ke dalam ranselnya, kini tangannya beralih pada buku catatan Bahasa Indonesia. 

Minggu yang lalu guru Bahasa Indonesia mengumumkan, jika hari ini adalah jadwal penilaian harian untuk materi pantun. 

"Penilaiannya secara lisan, ya." ujar Pak Miftah kala itu. Sontak saja satu kelas menjadi ribut, dipenuhi suara protes dan keluhan. "Berusaha dulu, pelajari! waktunya masih satu minggu, Bapak rasa cukup waktu untuk kalian mempelajari materi Kaidah Pantun." pungkasnya.

"Lu udah siap, Ve?"

Sebuah pertanyaan cukup mengagetkan Venus. Perlahan wajah gadis itu mendongak, menatap siempunya suara yang tengah berdiri menjulang didepan mejanya. 

Tampak seraut wajah tampan yang irit suara dan pelit senyum, siapa lagi kalau bukan Bumi Persada Putra sang ketua kelas. Tubuh jangkung Bumi kini duduk bersebelahan. Tepatnya di Kursinya June, teman sebangku Venus.  Hari ini kosong, June tidak masuk sekolah karena sedang sakit.

"Siap enggak siap, harus siap. Kalo elu mah pasti siap selalu, ya?" Venus melirik malas ke arah Bumi. Satu sekolah juga sudah tahu, jika Bumi ini pemuda jenius dengan berbagai prestasi.
"Engga juga. Gue kurang suka materi kaidah pantun." 
"Hah!" Venus berseru sedikit kencang. Tentu saja ia kaget dengan jawaban Bumi.
"Kenapa harus kaget?" kali ini Bumi yang mengerutkan kening. Mata elangnya menatap sinis gadis kurus didepannya.
"Ish, gue kan mengiranya begitu. Dipastikan satu sekolah pikirannya sama ma Gue--"

Venus sengaja menggantung kalimatnya. Menunggu respon dari Bumi, tapi ketua kelasnya itu diam saja. Bibir Venus mencerucut, maju lima senti, seranya ngedumel.

"Kita tuh menganggap Elu siswa yang jenius. Jadi, semua materi dalam mata pelajaran apapun pasti gampang aja buat Lu, Bum." lanjutnya. Bibir pemuda itu mencebik, melengos menatap ke luar jendela.
"Gue bukan robot. Ada beberapa materi yang Gue enggak paham."
"Ooh ...." Venus mengangguk. Memaksakan untuk percaya bahwa si juara umum setiap tahun ini ada juga kelemahannya.
"Lu, baca yang kenceng materinya! biar Gue ikut denger." perintah Bumi. Venus menipiskan bibir, menahan diri untuk tidak mencebik. Dalam hati ngedumel, "Dia yang minta tolong, kok Dia juga yang nyuruh-nyuruh."

Gadis itu mulai lagi membaca materi Kaidah Pantun yang disampaikan oleh guru Bahasa Indonesia mereka, Pak Miftahul Huda, S. Pd.

"Gue membaca materinya dari tautan yang dibagikan oleh Pak Miftah. https://anyflip.com/wiirj/cfbd/ disini lengkap dari mulai biodata, buku-buku karya Pak Miftah, dan materinya juga lengkap." Venus sengaja berhenti sejenak untuk melihat reaksi Bumi. Tidak ada tanggapan, rupanya pemuda itu tengah serius menyimak. 

Sadar jika Venus menghentikan kalimatnya, Bumi menatap Venus sekilas. Dilembaran buku catatan gadis itu tepat pada tempelan gambar mengenai biodata guru Bahasa Indonesia mereka. "Kreatif juga ini anak, materi pelajaran sampai dibikin gambar tempel." bathinnya.
      Buku karya Pak Miftahul Huda, S. Pd.

Pak Miftah sudah lama sebagai tenaga pengajar yang diperbantukan di SMA Tunas Bangsa. Tempat tugas Beliau sebenarnya di SDN Raji 1 Demak.
"Ya, Gue ada baca dikit." ucapnya.
"Ya udah, Lu sebutkan pengertian pantun!" timpal Venus. Mata belo gadis itu lurus menatap wajah ganteng Bumi. Crush semua cewek di sekolahnya.

"Itu doang? menurut penjelasan Pak Miftah Pantun menurut Renward Branstetter (Suseno, 2006; Setyadiharja, 2018; Setyadiharja, 2020) berasal dari kata “Pan” yang merujuk pada sifat sopan. Dan kata “Tun” yang merujuk pada sifat santun. Kata “Tun” dapat diartikan juga sebagai pepatah dan peribahasa (Hussain, 2019). Bener kan?" Bumi melirik Venus yamg tengah mengangguk dan mengamgkat jempol kanannya. Mata gadis itu tetap memperhatikan catatan rangkuman materi yang dibuatnya tadi malam.

"Sebutkan istilah pantun dibeberapa daerah di Indonesia?" tanya Venus.

Bumi berdecak sebal, menyadari gadis dihadapannya ini tengah mengujinya.

"Di Tapanuli, pantun dikenal dengan istilah ende-ende (Suseno, 2006) Di Sunda, pantun dikenal dengan istilah paparikan (Suseno, 2006) Di Jawa, pantun dikenal dengan istilah parikan (Suseno, 2006). Intinya pantun itu warisan budaya daerah yang sudah jadi b7daya nasional." Bumi mengakhiri penjelasannya.

"Makanya Pantun diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak benda  pada sesi ke-15 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Kantor Pusat UNESCO di Paris, Prancis (17/12/2020)." timpal Venus seraya menunjukan karya tempel dibuku catatannya. 
"Nih, contoh pantun berbahasa Sunda."

Sing getol nginum jajamu,
Ambeh jadi kuat urat,
Sing getol maengan ilmu,
Gunana Dunya akhirat.

"Artinya?" kedua ujung alis tebal Bumi bertaut.
"Artinya ...."

Rajinlah minum jamu,
Agar kuatlah urat,
Rajinlah menuuntut ilmu,
Berguna dunia akhirat.

Mereka tertawa lucu, namun berbeda kadar tawanya. Venus sampai terkekeh, sedangkan Bumi hanya menggerakan ujung bibirnya sedikit.

"Sebutkan ciri-ciri pantun?" kembali Venus bertindak sebagai guru.
"Udah sih, kita baca aja tuh, gambar tempelan, Lu!" bantah Bumi.
"Hahaa .... lucu, tau! anggap aja latihan penilaian lisan sama Pak Miftah." 

Bumi tak menanggapi ucapan Venus, pemuda itu menggeser buku catatan agar dapat dibaca bersama.

"Pak Miftah juga menjelaskan jika pantun itu ternyata banyak sekali. Selain untuk komunikasi sehari-hari pada zaman dahulu. Pantun bisa juga digunakan untuk mengawali sambutan pidato. Bisa juga untuk lirik lagu, perkenalan, ataupun dakwah bisa juga disisipi pantun." tutur Venus. 

Bumi mengangguk menyetujui. "Di acara kawinan juga kalau orang Betawi." imbuhnya. 
"Buat latihan berfikir tentang makna kata sebelum ngomong." ucap Venus.
"Open your mind befor open your mouth." Bumi mengucapkan kalimat sarkas dalam bahasa Inggris. Venus tertawa ngakak. "Itu kan, Lu banget." serunya disela tawa. 

Lagi-lagi Bumi hanya berdecak sebal. Ujung telunjuknya mengetuk lembaran catatan didepannya, memberi tanda untuk melanjutkan membaca materi.
"Dua baris, enggak ada?" tanya Bumi. Venus mengangguk.
"Ada. Namanya pantun singkat atau Karmina. Contohnya, Sudah gaharu cendana pula. Sudah tahu bertanya pula."
"I see, next!
"Perbedaan pantun dengan syair. Baca sendiri!" ketus Venus. Bumi mendengus, namun seperti biasa tanpa mengeluarkan kata-kata.
"Ayo, bikin kesimpulan perbedaan antara pantun, syair, gurindam dengan karmina?" keisengan Venus muncul kembali.
"Syair, hampir sama seperti pantun. Terdiri atas empat baris. Memiliki sajak a-a-a-a. Baris satu sampai empat memiliki hubungan atau saling berkaitan." tutur Bumi dengan santainya. Venus melebarkan matanya, ujung telunjuk mengetuk lembaran catatannya tepat diatas contoh sebuah syair yang diberikan Pak Miftah.

Inilah kisah bermula kawan
Tentang negeri elok rupawan
Menjadi rebutan haparan jajahan
Hidup mati pahlawan memperjuangkan

Engkau telah mafhum kawan
Penggenggam bambu runcing ditangan
Pemeluk tetes darah penghabisan
Syahdan, Tuhan karuniai kemerdekaan.

"Gurindam hanya terdiri atas dua baris. Memiliki sajak a-a. Baris pertama dan kedua saling berhubungan." lanjut Bumi. Kembali ujung telunjuk Venus mengetuk diatas contoh sebuah gurindam yang diberikan Pak Miftah.

Jika rajin salat sedekah,
Allah akan tambahkan berkah.

"Ya ampun, harus punya bekal kosa kata yang banyak, inimah." keluh Venus.
"Itu udah dikasih contoh juga sama Pak Miftah."
Bumi menunjuk dengan dagunya.
"Pak Miftah udah ngasih materi berurutan, tuh!" lanjutnya
"Iya, harus berurutan juga memahaminya."

Mereka berduapun kembali larut membaca setiap tempelan materi di lembaran catatan milik Venus.

1. Memahami Kaidah Pantun
2. Menguasai Perbendaharaan Kata

"Tambahan dari Pak Miftah, katanya dalam menulis pantun, usahakan hindari penggunaan nama orang, dan nama merk dagang." ujar Venus mengingatkan.
"Kalau tujuannya untuk merundung kayak di acara televisi juga enggak bolehlah," Bumi menimpali seraya mengangkat kedua tangannya ke atas kepala. Hingga berbunyi "krek" otot dan tulangnya meregang. Venus hanya bergidik ngeri.
"Pegel ngomong ama Lu." gumam Bumi.
"Sombong! mentang-mentang badannya tinggi."

Dari arah pintu kelas, berdiri Pak Damar seraya mengetuk kusen pintu menggunakan penggaris kayu.

"Mohon perhatian! berhubung Pak Miftah sedang ada halangan mendadak. Penilaian lisan kalian diganti dengan tugas tertulis yang harus dikumpulkan hari ini juga."
"Waaahhh!"
"Horeeeee!"
"Yes!"

Berbagai seruan senang terlontar dari siswa kelas XI IPA. 5. Venys tak bereaksi, dalam hatinya sedikit mangkel. Udah capek-capek belajar, eeh penilaiannya tidak jadi.

"Enggak usah manyun, enggak rugi juga belajar!" ujar Bumi pelan. Gadis itu tak menanggapi, tangannya bersiap menarik lembaran tengah buku catatannya untuk mengerjakan tugas.

Pak Damar menyerahkan lembaran tugas dari Pak Miftah, kepada May sebagai sekretaris kelas untuk ditulis di papan tulis.

"Bumi! mana Bumi?" 
Pak Damar mengedarkan pandangannya mencari ketua kelas. Bumi mengangkat tangan kanan sigap berdiri.

"Siap, Saya Pak!"
"Kamu yang bertanggung jawab mengumpulkan tugas teman-temanmu. Disimpan di meja Pak Miftah!"
"Siap, Pak Damar!"

Dua buah soal telah selesai dituliskan oleh May  di papan tulis. 
1.
2. 

Kelas hening kembali, seluruh siswa fokus mengerjakan tugas yang diberikan. Termasuk Bumi yang telah kembali duduk manis di kursinya.

Venus mulai membuat coret-coretan sebagai draft kasar pantunnya.
1. 
Boneka panda dari kain katun
Alas kursi bulu berwarna
Apa tanda insan yang santun
Akal diisi ilmu berguna

2. 
Mari makan ketika lapar
Penat terasa kebas dipinggang
Mari terapkan merdeka belajar
Minat siswa bebas berkembang

3. Bonus.
Pasar sukun diujung kebun
Jalan berbelok licin di pagar
Belajar pantun bingung tertegun
Semoga besok semakin lancar

Eaaaa ....

Terimakasih untuk materi Kaidah Pantun yang luar biasa.


Seruyan, keesokan harinya.

Salam manis,


Eka Yulia.


















 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tips Jitu Menulis Fiksi Ala Mazmo

Sabtu Bersatu Februari Ceria day 4